Praktik Fang Sheng (Pelepasan hewan) memicu pro dan kontra pada prakteknya. Praktik pelepasan hewan telah lama menjadi bagian dari praktik ajaran Buddhis, dan telah meyebar ke ajaran Buddhis di daratan China. Data-data yang kami kumpulkan mengenai praktik Buddhis Kontemporer dalam beberapa tradisi telah di kumpulkan, praktik-praktik ini melibatkan pelepasan hewan dalam skala besar, yang diritualisasikan kemudian diperdebatkan memiliki sejumlah dampak lingkungan negatif yang tidak diinginkan.
Praktik-praktik ini melibatkan sejumlah ‘Rantai’
baru yang melibatkan faktor ekonomi, kesehatan, dsb, sehingga niat baik
mereka menjadi tidak tercapai. Rantai baru itu adalah, penjual binatang yang
menyuplai kegiatan Fang Sheng, spesies yang tidak dapat bertahan hidup dialam
bebas, binatang yang dilepaskan kemudian ditangkap kembali (melalui jaring,
jebakan dsb) yang kemudian diperjual-belikan kembali.
Sampai di sisi perairan yang luas dan sepi, pria tersebut melepaskan ikan
tersebut di perairan tersebut. Ikan tersebut dengan serta merta mengucapkan
terima kasih karena telah “diselamatkan”. Ternyata ikan tersebut adalah
penjelmaan Dewa yang terjebak dalam wujud ikan, tidak lama setelah itu sang
pria mendapatkan banyak kebaikan dalam hidupnya (kekuasaan, uang dsb).
Itu adalah sepenggal kisah rakyat mengenai tradisi Fang Sheng, kegiatan
Pelepasan hewan dapat dilakukan dengan direncanakan ataupun tidak direncanakan.
Berbagai budaya mengadaptasikan budaya ini kedalam budaya mereka masing-masing,
seperti membuat hutan lindung, kebun binatang, penyelamatan hewan-hewan laut,
menyerukan aktivitas yang mengekspoitasi alam secara berlebihan untuk segera
dihentikan (Global warming, pencairan es kutub utara dan selatan. Sehingga
ekosistem perairan dapat menjadi seimbang), perlindungan hewan-hewan liar, dan
menindak tegas penyiksaan hewan. Seringkali dalam budaya timur aktivitas Fang
Sheng dilakukan dengan melakukan ritual bervegetarian, merawat ekosistem lingkungan, dan melepaskan hewan-hewan
yang terancam ke alam bebas.
Nampaknya budaya Fang Sheng telah menjadi bagian dari kehidupan manusia itu sendiri sejak dulu, untuk tetap menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan. Pro dan kontra mengenai kegiatan Fang Sheng terus menjadi perdebatan hingga saat ini.
Namun mengesampingkan itu semua, kami akan membahas '3 cara sederhana' bagaimana melakukan
ritual Fang Sheng menurut ajaran Buddhis, yang juga dapat dilakukan oleh ajaran
agama lain pada umumnya.
1. Aktivitas Fang Sheng yang baik, sebaiknya merupakan
kategori Fang Sheng yang tidak disengaja. Sebagai contoh, anda menemui hewan
liar yang membutuhkan pertolongan anda. Anda sesegera mungkin menolong mereka
dengan memberi mereka makanan, merawat luka-lukanya, melepaskan mereka ke alam
bebas, dsb.
2. Saat menolong Binatang-binatang malang tersebut selalu
ucapkan pelafalan kata-kata suci dalam hati anda seperti “Amithuofo”(Buddhis), “Amin”,
“Tuhan selamatkanlah mereka”, Dsb.
3. Menyeimbangkan Logika anda saat menolong mereka
menjadi hal yang baik, kemana anda akan melepaskan nya? Bagaimana anda
menolongnya? Apa motivasi saya dibalik menolong hewan ini? Dsb.
Nampaknya niat baik saja tidak cukup saat melakukan ritual Fang Sheng, anda
perlu mempelajari materi ini lebih dalam sebelum melakukan kegiatan Fang Sheng
tersebut, sehingga anda “benar-benar” menolong hewan liar tersebut.
Semoga isi artikel ini bermanfaat, selamat beraktivitas!
Salam
Sakuramart80
Tidak ada komentar:
Posting Komentar